Jumat, 22 November 2013

PARADIGMA PARA MURID TENTANG GURU YANG BAIK

PARADIGMA PARA MURID TENTANG GURU YANG BAIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang


Melihat dari sisi kenyamanan seorang murid dalam menghadapi suatu pelajaran, perlu memerhatikan pada aspek penyampaian suatu materi pelajaran tersebut., yaitu guru sebagai transformator materi. Disini, peneliti mencoba untuk menggali lebih dalam apa-apa yang memikat murid bisa dengan lepas dan cemerlang, tatkala menerima pelajaran di kelas melalui gurunya. Karena, setiap murid dalam menghadapi proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas itu berbeda-beda. Mulai dari kekonsentrasian seseorang ketika guru menjelaskan, bagaimana cara penyampaiannya yang bisa dengan mudah diterima murid.
Kemudian, guru apakah perlu punya metode sedemikian menarik agar murid lebih merespon pelajaran secara serius dan hingga akhirnya menguasai materi pelajaran. Atau mungkin lebih untuk memberikan latihan soal-soal agar mudah mengerti. Semua itu kembali kepada guru yang pada dasarnya setiap guru berbeda dalam hal mentransfer ilmu, walaupun tujuan utamanya adalah mengajar dan mendidik murid.
Namun disini peneliti ingin lebih menyorot pada sisi sifat atau lebih ke arah kelebihan seorang Guru yang sempurna di mata murid, dan hingga pada akhirnya murid berpandangan guru itu baik. Karena punya sisi kebaikan, murid tersebut dengan leluasa belajar karena ia juga merasa nyaman, terkontrol, dan juga terjaga dalam menjalani proses belajarnya di kelas.  Itu semua akibat guru yang di mata murid itu baik. Sehingga, guru dapat merasakan berhasil mengajar dan mendidik muridnya dengan cara yang ia milikki.
Ketika berbagai pandangan-pandangan murid apa-apa yang menurut dia itu bagus, menyenangkan, dan menarik yang dimiliki guru, maka minat belajar yang dirasakan seorang murid akan meningkat. Jadi, intinya seorang murid merasa nyaman jika guru nya juga baik. Bukan hanya faktor intern seseorang ketika menghadapi pelajaran tapi juga faktor ekstern, salah satunya pengaruh pengajaran guru membuat seorang murid lebih serius atau tidak ketika belajar.

2.     Metodologi Penelitian

 

Penulis menggunakan metode kualitatif oleh Max Weber, karena ingin memperoleh data yang mendalam mengenai Paradigma para Murid tentang Guru yang Baik di kalangan pelajar SD-SMP melalui wawancara dari 4 orang narasumber yang telah penulis pilih yang dapat mewakili seluruh aspek.   penelitian.

Adapun pengertia metode kualitatif secara spesifik adalah:
Metode ini mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sulit diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Contohnya, seperti tentang kehidupan, suatu riwayat, peranan organisasi. Metode kualitatif terbagi beberapa macam, yaitu:
1)      Metode historis
Metode ini menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
2)      Metode komparatif
Metode ini penelitiannya lebih mementingkan perbandingan antar kondisi masyarakat satu dengan yang lain, dengan maksud mengetahui persamaan dan perbedaan, dan juga untuk mengetahui sebab-sebab kondisi masyarakat yang sedemikian rupa. Sehingga akhirnya, mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai perilaku masyarakat pada masa silam dan masa sekarang, termasuk masyarakat-masyarakat yang mempunyai tingkat peradaban yang berbeda atau mungkin sama.
3)      Metode studi kasus
Metode ini digunakan untuk menelaah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga, ataupun individu-individu. Alat-alat yang digunakan dalam studi kasus adalah wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan (questionnaires), daftar pertanyaan-pertanyaan (schedules), dan teknik keterlibatan si peneliti dalam kehidupan sehari-hari dan kelompok sosial yang sedang diamati (participant observer technique).



BAB II

TEMUAN DAN ISI


Dari hasil penelitian melalui wawancara, penulis menemukan bahwa pandangan para murid terhadap guru belum berada pada garis 'baik' di mata mereka. Hal itu terjadi dilandaskan karena:
1. Kurang efektifnya penyampaian materi terhadap murid
2. Kurang maksimalnya komunikasi dan penyampaian suatu informasi
3. Proses kegiatan pengajaran di kelas kurang dikolaborasikan dengan kegiatannya (bermain) murid-murid
4.  Daya tangkap dan konsentrasi pikiran tiap murid yang berbeda, guru perlu memperhatikan ini, agar tidak timbul kendala ketika proses pengajaran berlangsung
Dan temuan atas faktor-faktor diatas dapat dikatakan bahwa para murid masih membutuhkan sosok guru yang baik, karena jika dilihat dari segala aspek mempunyai titik temu permasalahan yang masih belum bisa terselesaikan.
Jika diamati, respon dan jawaban para narasumber atas tema ini, cukup jelas masih mengharapkan guru yang baik. Walaupun sebenarnya, guru yang sekarang mereka hadapi sudah cukup masuk kategori baik. Namun, masih ada sisi yang belum baik yang murid anggap, karena atas dasar tindakan setiap guru yang berbeda itu ketika menghadapi murid.
Narasumber menuturkan bahwa di dalam kelas mereka masih suka menemukan kesulitan menangkap pelajaran yang dibawa guru. Sebab, terkadang guru di kelas hanya sekilas pintas menjelaskan materi, selebihnya guru menyerahkan kepada murid untuk langsung mencoba latihan-latihan soal.
Pada saat itu, murid terkadang jenuh, karena cara guru yang terkesan kurang bertanggung jawab. Mengumbarkan nasib murid nya yang belum tahu mereka semua sudah menguasai materi atau tidak. Kemudian, yang membuat adanya kendala lagi, murid merasakan seperti itu, tetapi mereka tidak mencoba mengubah keadaan jadi lebih baik. Dalam arti kata, murid belum berani bertegur langsung terhadap guru (bertanya).
Hal itu lebih banyak ditemukan pada murid-murid SD, yang belum bisa membiasakan dirinya untuk bertanya jika dirasa ada yang masih belum dimengerti. Selain itu, kembali lagi kepada daya pikir murid yang berbeda. Dalam hal menyikapi pelajaran di kelas. Ada yang menganggap serius, sehingga ia mencoba untuk tetap tekun belajar. Ada yang merasa itu semua tidak perlu dibawa serius, dia bersantai ria, sehingga ia tak jarang menemui kesulitan menangkap materi pelajaran.
Dari perbedaan daya pikir, tangkap atu respon setiap murid ini sebenarnya yang bisa menjadi acuan guru, bahwa dalam melaksanakan pengajaran, guru berusaha lebih memerhatikan mana-mana murid yang terlihat acuh ketika dijelaskan suatu materi. Agar tidak timbul keterhambatan murid menangkap materi pelajaran.
Setiap guru itu berbeda-beda pembawaannya dalam mengajar. Mungkin juga itu dikarenakan faktor sifat dan watak yang menjalar dalam tubuh. Sehingga murid mempunyai berbagai argumen tentang penilaian mereka terhadap guru dari sisi luar.
Narasumber juga memaparkan bahwa guru-guru jika di dalam kelas memilikki berbagai macam metode atau siasat pengajarannya yang berbeda juga. Murid pernah menemui dan berhadapan dengan guru yang tegas dan pembawaannya yang terkesan menakut-nakutinya. Maksudnya, murid merasakan ada genjatan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, karena mereka juga tengah menghadapi ancaman hukuman yang jika mereka tidak kerjakan akan menimpanya. Itulah yang terkadang murid me-mindset diri untuk berperilaku benar-benar tunduk terhadap guru. Sehingga terkadang gejolak mereka untuk belajar, mengerjakan tugas dan lain-lain bukan benar-benar atas kemauan, melainkan atas desakan dan bayang-bayangan mereka jika hukuman melayang dihadapannya.

Selain itu, murid merasa lebih nyaman dan menaruh respek terhadap guru, jika guru juga memperlakukan murid secara lembut, menunjukkan rasa kasih guru sepanjang masa, begitupun sebaliknya. Murid merasa lebih terlindungi jika guru juga selalu mencoba melindunginya. Misal, mengontrol terus murid apa-apa yang sekiranya perlu dipantau. Entah dalam hal pelaksanaan tugas dan latihan, memerhatikan betul ketika menjelaskan materi apakah masih perlu diulang, diulas dan dibahas kembali terhadap murid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar