inamul hasan
Jumat, 22 November 2013
PARADIGMA PARA MURID TENTANG GURU YANG BAIK
PARADIGMA PARA MURID TENTANG GURU YANG BAIK
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Melihat dari sisi kenyamanan seorang murid dalam menghadapi suatu
pelajaran, perlu memerhatikan pada aspek penyampaian suatu materi pelajaran
tersebut., yaitu guru sebagai transformator materi. Disini, peneliti mencoba
untuk menggali lebih dalam apa-apa yang memikat murid bisa dengan lepas dan
cemerlang, tatkala menerima pelajaran di kelas melalui gurunya. Karena, setiap
murid dalam menghadapi proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas itu
berbeda-beda. Mulai dari kekonsentrasian seseorang ketika guru menjelaskan,
bagaimana cara penyampaiannya yang bisa dengan mudah diterima murid.
Kemudian, guru apakah perlu punya metode sedemikian menarik agar murid
lebih merespon pelajaran secara serius dan hingga akhirnya menguasai materi
pelajaran. Atau mungkin lebih untuk memberikan latihan soal-soal agar mudah
mengerti. Semua itu kembali kepada guru yang pada dasarnya setiap guru berbeda
dalam hal mentransfer ilmu, walaupun tujuan utamanya adalah mengajar dan
mendidik murid.
Namun disini peneliti ingin lebih menyorot pada sisi sifat atau lebih ke
arah kelebihan seorang Guru yang sempurna di mata murid, dan hingga pada akhirnya
murid berpandangan guru itu baik. Karena punya sisi kebaikan, murid tersebut
dengan leluasa belajar karena ia juga merasa nyaman, terkontrol, dan juga
terjaga dalam menjalani proses belajarnya di kelas. Itu semua akibat guru yang di mata murid itu
baik. Sehingga, guru dapat merasakan berhasil mengajar dan mendidik muridnya
dengan cara yang ia milikki.
Ketika berbagai pandangan-pandangan murid apa-apa yang menurut dia itu
bagus, menyenangkan, dan menarik yang dimiliki guru, maka minat belajar yang
dirasakan seorang murid akan meningkat. Jadi, intinya seorang murid merasa
nyaman jika guru nya juga baik. Bukan hanya faktor intern seseorang ketika
menghadapi pelajaran tapi juga faktor ekstern, salah satunya pengaruh
pengajaran guru membuat seorang murid lebih serius atau tidak ketika belajar.
2. Metodologi Penelitian
Penulis menggunakan
metode kualitatif oleh Max Weber, karena ingin memperoleh data yang mendalam
mengenai Paradigma para Murid tentang Guru yang Baik di kalangan pelajar SD-SMP
melalui wawancara dari 4 orang narasumber yang telah penulis pilih yang dapat mewakili
seluruh aspek. penelitian.
Adapun pengertia metode kualitatif
secara spesifik adalah:
Metode
ini mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sulit diukur dengan
angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun
bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Contohnya,
seperti tentang kehidupan, suatu riwayat, peranan organisasi. Metode kualitatif
terbagi beberapa macam, yaitu:
1) Metode
historis
Metode
ini menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk
merumuskan prinsip-prinsip umum.
2) Metode
komparatif
Metode
ini penelitiannya lebih mementingkan perbandingan antar kondisi masyarakat satu
dengan yang lain, dengan maksud mengetahui persamaan dan perbedaan, dan juga
untuk mengetahui sebab-sebab kondisi masyarakat yang sedemikian rupa. Sehingga
akhirnya, mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai perilaku masyarakat pada masa
silam dan masa sekarang, termasuk masyarakat-masyarakat yang mempunyai tingkat
peradaban yang berbeda atau mungkin sama.
3) Metode
studi kasus
Metode ini digunakan
untuk menelaah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga,
ataupun individu-individu. Alat-alat yang digunakan dalam studi kasus adalah
wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan (questionnaires),
daftar pertanyaan-pertanyaan (schedules), dan teknik keterlibatan si
peneliti dalam kehidupan sehari-hari dan kelompok sosial yang sedang diamati (participant
observer technique).
BAB II
TEMUAN DAN ISI
Dari hasil penelitian melalui wawancara, penulis
menemukan bahwa pandangan para murid terhadap guru belum berada pada garis
'baik' di mata mereka. Hal itu terjadi dilandaskan karena:
1. Kurang efektifnya penyampaian materi terhadap murid
2. Kurang maksimalnya komunikasi dan penyampaian suatu
informasi
3. Proses kegiatan pengajaran di kelas kurang
dikolaborasikan dengan kegiatannya (bermain) murid-murid
4. Daya tangkap
dan konsentrasi pikiran tiap murid yang berbeda, guru perlu memperhatikan ini,
agar tidak timbul kendala ketika proses pengajaran berlangsung
Dan temuan atas faktor-faktor diatas dapat dikatakan
bahwa para murid masih membutuhkan sosok guru yang baik, karena jika dilihat
dari segala aspek mempunyai titik temu permasalahan yang masih belum bisa
terselesaikan.
Jika diamati, respon dan jawaban para narasumber atas
tema ini, cukup jelas masih mengharapkan guru yang baik. Walaupun sebenarnya,
guru yang sekarang mereka hadapi sudah cukup masuk kategori baik. Namun, masih
ada sisi yang belum baik yang murid anggap, karena atas dasar tindakan setiap
guru yang berbeda itu ketika menghadapi murid.
Narasumber menuturkan bahwa di dalam kelas mereka
masih suka menemukan kesulitan menangkap pelajaran yang dibawa guru. Sebab,
terkadang guru di kelas hanya sekilas pintas menjelaskan materi, selebihnya
guru menyerahkan kepada murid untuk langsung mencoba latihan-latihan soal.
Pada saat itu, murid terkadang jenuh, karena cara guru
yang terkesan kurang bertanggung jawab. Mengumbarkan nasib murid nya yang belum
tahu mereka semua sudah menguasai materi atau tidak. Kemudian, yang membuat
adanya kendala lagi, murid merasakan seperti itu, tetapi mereka tidak mencoba
mengubah keadaan jadi lebih baik. Dalam arti kata, murid belum berani bertegur
langsung terhadap guru (bertanya).
Hal itu lebih banyak ditemukan pada murid-murid SD,
yang belum bisa membiasakan dirinya untuk bertanya jika dirasa ada yang masih
belum dimengerti. Selain itu, kembali lagi kepada daya pikir murid yang
berbeda. Dalam hal menyikapi pelajaran di kelas. Ada yang menganggap serius,
sehingga ia mencoba untuk tetap tekun belajar. Ada yang merasa itu semua tidak
perlu dibawa serius, dia bersantai ria, sehingga ia tak jarang menemui
kesulitan menangkap materi pelajaran.
Dari perbedaan daya pikir, tangkap atu respon setiap
murid ini sebenarnya yang bisa menjadi acuan guru, bahwa dalam melaksanakan
pengajaran, guru berusaha lebih memerhatikan mana-mana murid yang terlihat acuh
ketika dijelaskan suatu materi. Agar tidak timbul keterhambatan murid menangkap
materi pelajaran.
Setiap guru itu berbeda-beda pembawaannya dalam
mengajar. Mungkin juga itu dikarenakan faktor sifat dan watak yang menjalar
dalam tubuh. Sehingga murid mempunyai berbagai argumen tentang penilaian mereka
terhadap guru dari sisi luar.
Narasumber juga memaparkan bahwa guru-guru jika di
dalam kelas memilikki berbagai macam metode atau siasat pengajarannya yang
berbeda juga. Murid pernah menemui dan berhadapan dengan guru yang tegas dan
pembawaannya yang terkesan menakut-nakutinya. Maksudnya, murid merasakan ada
genjatan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, karena mereka juga tengah
menghadapi ancaman hukuman yang jika mereka tidak kerjakan akan menimpanya.
Itulah yang terkadang murid me-mindset diri untuk berperilaku benar-benar tunduk
terhadap guru. Sehingga terkadang gejolak mereka untuk belajar, mengerjakan
tugas dan lain-lain bukan benar-benar atas kemauan, melainkan atas desakan dan
bayang-bayangan mereka jika hukuman melayang dihadapannya.
Selain itu, murid merasa lebih nyaman dan menaruh
respek terhadap guru, jika guru juga memperlakukan murid secara lembut,
menunjukkan rasa kasih guru sepanjang masa, begitupun sebaliknya. Murid merasa
lebih terlindungi jika guru juga selalu mencoba melindunginya. Misal,
mengontrol terus murid apa-apa yang sekiranya perlu dipantau. Entah dalam hal
pelaksanaan tugas dan latihan, memerhatikan betul ketika menjelaskan materi
apakah masih perlu diulang, diulas dan dibahas kembali terhadap murid.
PARADIGMA PARA MURID TENTANG GURU YANG BAIK
PARADIGMA PARA MURID TENTANG GURU YANG BAIK
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Melihat dari sisi kenyamanan seorang murid dalam menghadapi suatu
pelajaran, perlu memerhatikan pada aspek penyampaian suatu materi pelajaran
tersebut., yaitu guru sebagai transformator materi. Disini, peneliti mencoba
untuk menggali lebih dalam apa-apa yang memikat murid bisa dengan lepas dan
cemerlang, tatkala menerima pelajaran di kelas melalui gurunya. Karena, setiap
murid dalam menghadapi proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas itu
berbeda-beda. Mulai dari kekonsentrasian seseorang ketika guru menjelaskan,
bagaimana cara penyampaiannya yang bisa dengan mudah diterima murid.
Kemudian, guru apakah perlu punya metode sedemikian menarik agar murid
lebih merespon pelajaran secara serius dan hingga akhirnya menguasai materi
pelajaran. Atau mungkin lebih untuk memberikan latihan soal-soal agar mudah
mengerti. Semua itu kembali kepada guru yang pada dasarnya setiap guru berbeda
dalam hal mentransfer ilmu, walaupun tujuan utamanya adalah mengajar dan
mendidik murid.
Namun disini peneliti ingin lebih menyorot pada sisi sifat atau lebih ke
arah kelebihan seorang Guru yang sempurna di mata murid, dan hingga pada akhirnya
murid berpandangan guru itu baik. Karena punya sisi kebaikan, murid tersebut
dengan leluasa belajar karena ia juga merasa nyaman, terkontrol, dan juga
terjaga dalam menjalani proses belajarnya di kelas. Itu semua akibat guru yang di mata murid itu
baik. Sehingga, guru dapat merasakan berhasil mengajar dan mendidik muridnya
dengan cara yang ia milikki.
Ketika berbagai pandangan-pandangan murid apa-apa yang menurut dia itu
bagus, menyenangkan, dan menarik yang dimiliki guru, maka minat belajar yang
dirasakan seorang murid akan meningkat. Jadi, intinya seorang murid merasa
nyaman jika guru nya juga baik. Bukan hanya faktor intern seseorang ketika
menghadapi pelajaran tapi juga faktor ekstern, salah satunya pengaruh
pengajaran guru membuat seorang murid lebih serius atau tidak ketika belajar.
2. Metodologi Penelitian
Penulis menggunakan
metode kualitatif oleh Max Weber, karena ingin memperoleh data yang mendalam
mengenai Paradigma para Murid tentang Guru yang Baik di kalangan pelajar SD-SMP
melalui wawancara dari 4 orang narasumber yang telah penulis pilih yang dapat mewakili
seluruh aspek. penelitian.
Adapun pengertia metode kualitatif
secara spesifik adalah:
Metode
ini mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sulit diukur dengan
angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun
bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Contohnya,
seperti tentang kehidupan, suatu riwayat, peranan organisasi. Metode kualitatif
terbagi beberapa macam, yaitu:
1) Metode
historis
Metode
ini menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk
merumuskan prinsip-prinsip umum.
2) Metode
komparatif
Metode
ini penelitiannya lebih mementingkan perbandingan antar kondisi masyarakat satu
dengan yang lain, dengan maksud mengetahui persamaan dan perbedaan, dan juga
untuk mengetahui sebab-sebab kondisi masyarakat yang sedemikian rupa. Sehingga
akhirnya, mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai perilaku masyarakat pada masa
silam dan masa sekarang, termasuk masyarakat-masyarakat yang mempunyai tingkat
peradaban yang berbeda atau mungkin sama.
3) Metode
studi kasus
Metode ini digunakan
untuk menelaah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga,
ataupun individu-individu. Alat-alat yang digunakan dalam studi kasus adalah
wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan (questionnaires),
daftar pertanyaan-pertanyaan (schedules), dan teknik keterlibatan si
peneliti dalam kehidupan sehari-hari dan kelompok sosial yang sedang diamati (participant
observer technique).
BAB II
TEMUAN DAN ISI
Dari hasil penelitian melalui wawancara, penulis
menemukan bahwa pandangan para murid terhadap guru belum berada pada garis
'baik' di mata mereka. Hal itu terjadi dilandaskan karena:
1. Kurang efektifnya penyampaian materi terhadap murid
2. Kurang maksimalnya komunikasi dan penyampaian suatu
informasi
3. Proses kegiatan pengajaran di kelas kurang
dikolaborasikan dengan kegiatannya (bermain) murid-murid
4. Daya tangkap
dan konsentrasi pikiran tiap murid yang berbeda, guru perlu memperhatikan ini,
agar tidak timbul kendala ketika proses pengajaran berlangsung
Dan temuan atas faktor-faktor diatas dapat dikatakan
bahwa para murid masih membutuhkan sosok guru yang baik, karena jika dilihat
dari segala aspek mempunyai titik temu permasalahan yang masih belum bisa
terselesaikan.
Jika diamati, respon dan jawaban para narasumber atas
tema ini, cukup jelas masih mengharapkan guru yang baik. Walaupun sebenarnya,
guru yang sekarang mereka hadapi sudah cukup masuk kategori baik. Namun, masih
ada sisi yang belum baik yang murid anggap, karena atas dasar tindakan setiap
guru yang berbeda itu ketika menghadapi murid.
Narasumber menuturkan bahwa di dalam kelas mereka
masih suka menemukan kesulitan menangkap pelajaran yang dibawa guru. Sebab,
terkadang guru di kelas hanya sekilas pintas menjelaskan materi, selebihnya
guru menyerahkan kepada murid untuk langsung mencoba latihan-latihan soal.
Pada saat itu, murid terkadang jenuh, karena cara guru
yang terkesan kurang bertanggung jawab. Mengumbarkan nasib murid nya yang belum
tahu mereka semua sudah menguasai materi atau tidak. Kemudian, yang membuat
adanya kendala lagi, murid merasakan seperti itu, tetapi mereka tidak mencoba
mengubah keadaan jadi lebih baik. Dalam arti kata, murid belum berani bertegur
langsung terhadap guru (bertanya).
Hal itu lebih banyak ditemukan pada murid-murid SD,
yang belum bisa membiasakan dirinya untuk bertanya jika dirasa ada yang masih
belum dimengerti. Selain itu, kembali lagi kepada daya pikir murid yang
berbeda. Dalam hal menyikapi pelajaran di kelas. Ada yang menganggap serius,
sehingga ia mencoba untuk tetap tekun belajar. Ada yang merasa itu semua tidak
perlu dibawa serius, dia bersantai ria, sehingga ia tak jarang menemui
kesulitan menangkap materi pelajaran.
Dari perbedaan daya pikir, tangkap atu respon setiap
murid ini sebenarnya yang bisa menjadi acuan guru, bahwa dalam melaksanakan
pengajaran, guru berusaha lebih memerhatikan mana-mana murid yang terlihat acuh
ketika dijelaskan suatu materi. Agar tidak timbul keterhambatan murid menangkap
materi pelajaran.
Setiap guru itu berbeda-beda pembawaannya dalam
mengajar. Mungkin juga itu dikarenakan faktor sifat dan watak yang menjalar
dalam tubuh. Sehingga murid mempunyai berbagai argumen tentang penilaian mereka
terhadap guru dari sisi luar.
Narasumber juga memaparkan bahwa guru-guru jika di
dalam kelas memilikki berbagai macam metode atau siasat pengajarannya yang
berbeda juga. Murid pernah menemui dan berhadapan dengan guru yang tegas dan
pembawaannya yang terkesan menakut-nakutinya. Maksudnya, murid merasakan ada
genjatan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, karena mereka juga tengah
menghadapi ancaman hukuman yang jika mereka tidak kerjakan akan menimpanya.
Itulah yang terkadang murid me-mindset diri untuk berperilaku benar-benar tunduk
terhadap guru. Sehingga terkadang gejolak mereka untuk belajar, mengerjakan
tugas dan lain-lain bukan benar-benar atas kemauan, melainkan atas desakan dan
bayang-bayangan mereka jika hukuman melayang dihadapannya.
Selain itu, murid merasa lebih nyaman dan menaruh
respek terhadap guru, jika guru juga memperlakukan murid secara lembut,
menunjukkan rasa kasih guru sepanjang masa, begitupun sebaliknya. Murid merasa
lebih terlindungi jika guru juga selalu mencoba melindunginya. Misal,
mengontrol terus murid apa-apa yang sekiranya perlu dipantau. Entah dalam hal
pelaksanaan tugas dan latihan, memerhatikan betul ketika menjelaskan materi
apakah masih perlu diulang, diulas dan dibahas kembali terhadap murid.
PARADIGMA PARA MURID TENTANG GURU YANG BAIK
PARADIGMA PARA MURID TENTANG GURU YANG BAIK
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Melihat dari sisi kenyamanan seorang murid dalam menghadapi suatu
pelajaran, perlu memerhatikan pada aspek penyampaian suatu materi pelajaran
tersebut., yaitu guru sebagai transformator materi. Disini, peneliti mencoba
untuk menggali lebih dalam apa-apa yang memikat murid bisa dengan lepas dan
cemerlang, tatkala menerima pelajaran di kelas melalui gurunya. Karena, setiap
murid dalam menghadapi proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas itu
berbeda-beda. Mulai dari kekonsentrasian seseorang ketika guru menjelaskan,
bagaimana cara penyampaiannya yang bisa dengan mudah diterima murid.
Kemudian, guru apakah perlu punya metode sedemikian menarik agar murid
lebih merespon pelajaran secara serius dan hingga akhirnya menguasai materi
pelajaran. Atau mungkin lebih untuk memberikan latihan soal-soal agar mudah
mengerti. Semua itu kembali kepada guru yang pada dasarnya setiap guru berbeda
dalam hal mentransfer ilmu, walaupun tujuan utamanya adalah mengajar dan
mendidik murid.
Namun disini peneliti ingin lebih menyorot pada sisi sifat atau lebih ke
arah kelebihan seorang Guru yang sempurna di mata murid, dan hingga pada akhirnya
murid berpandangan guru itu baik. Karena punya sisi kebaikan, murid tersebut
dengan leluasa belajar karena ia juga merasa nyaman, terkontrol, dan juga
terjaga dalam menjalani proses belajarnya di kelas. Itu semua akibat guru yang di mata murid itu
baik. Sehingga, guru dapat merasakan berhasil mengajar dan mendidik muridnya
dengan cara yang ia milikki.
Ketika berbagai pandangan-pandangan murid apa-apa yang menurut dia itu
bagus, menyenangkan, dan menarik yang dimiliki guru, maka minat belajar yang
dirasakan seorang murid akan meningkat. Jadi, intinya seorang murid merasa
nyaman jika guru nya juga baik. Bukan hanya faktor intern seseorang ketika
menghadapi pelajaran tapi juga faktor ekstern, salah satunya pengaruh
pengajaran guru membuat seorang murid lebih serius atau tidak ketika belajar.
2. Metodologi Penelitian
Penulis menggunakan
metode kualitatif oleh Max Weber, karena ingin memperoleh data yang mendalam
mengenai Paradigma para Murid tentang Guru yang Baik di kalangan pelajar SD-SMP
melalui wawancara dari 4 orang narasumber yang telah penulis pilih yang dapat mewakili
seluruh aspek. penelitian.
Adapun pengertia metode kualitatif
secara spesifik adalah:
Metode
ini mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sulit diukur dengan
angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun
bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Contohnya,
seperti tentang kehidupan, suatu riwayat, peranan organisasi. Metode kualitatif
terbagi beberapa macam, yaitu:
1) Metode
historis
Metode
ini menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk
merumuskan prinsip-prinsip umum.
2) Metode
komparatif
Metode
ini penelitiannya lebih mementingkan perbandingan antar kondisi masyarakat satu
dengan yang lain, dengan maksud mengetahui persamaan dan perbedaan, dan juga
untuk mengetahui sebab-sebab kondisi masyarakat yang sedemikian rupa. Sehingga
akhirnya, mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai perilaku masyarakat pada masa
silam dan masa sekarang, termasuk masyarakat-masyarakat yang mempunyai tingkat
peradaban yang berbeda atau mungkin sama.
3) Metode
studi kasus
Metode ini digunakan
untuk menelaah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga,
ataupun individu-individu. Alat-alat yang digunakan dalam studi kasus adalah
wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan (questionnaires),
daftar pertanyaan-pertanyaan (schedules), dan teknik keterlibatan si
peneliti dalam kehidupan sehari-hari dan kelompok sosial yang sedang diamati (participant
observer technique).
BAB II
TEMUAN DAN ISI
Dari hasil penelitian melalui wawancara, penulis
menemukan bahwa pandangan para murid terhadap guru belum berada pada garis
'baik' di mata mereka. Hal itu terjadi dilandaskan karena:
1. Kurang efektifnya penyampaian materi terhadap murid
2. Kurang maksimalnya komunikasi dan penyampaian suatu
informasi
3. Proses kegiatan pengajaran di kelas kurang
dikolaborasikan dengan kegiatannya (bermain) murid-murid
4. Daya tangkap
dan konsentrasi pikiran tiap murid yang berbeda, guru perlu memperhatikan ini,
agar tidak timbul kendala ketika proses pengajaran berlangsung
Dan temuan atas faktor-faktor diatas dapat dikatakan
bahwa para murid masih membutuhkan sosok guru yang baik, karena jika dilihat
dari segala aspek mempunyai titik temu permasalahan yang masih belum bisa
terselesaikan.
Jika diamati, respon dan jawaban para narasumber atas
tema ini, cukup jelas masih mengharapkan guru yang baik. Walaupun sebenarnya,
guru yang sekarang mereka hadapi sudah cukup masuk kategori baik. Namun, masih
ada sisi yang belum baik yang murid anggap, karena atas dasar tindakan setiap
guru yang berbeda itu ketika menghadapi murid.
Narasumber menuturkan bahwa di dalam kelas mereka
masih suka menemukan kesulitan menangkap pelajaran yang dibawa guru. Sebab,
terkadang guru di kelas hanya sekilas pintas menjelaskan materi, selebihnya
guru menyerahkan kepada murid untuk langsung mencoba latihan-latihan soal.
Pada saat itu, murid terkadang jenuh, karena cara guru
yang terkesan kurang bertanggung jawab. Mengumbarkan nasib murid nya yang belum
tahu mereka semua sudah menguasai materi atau tidak. Kemudian, yang membuat
adanya kendala lagi, murid merasakan seperti itu, tetapi mereka tidak mencoba
mengubah keadaan jadi lebih baik. Dalam arti kata, murid belum berani bertegur
langsung terhadap guru (bertanya).
Hal itu lebih banyak ditemukan pada murid-murid SD,
yang belum bisa membiasakan dirinya untuk bertanya jika dirasa ada yang masih
belum dimengerti. Selain itu, kembali lagi kepada daya pikir murid yang
berbeda. Dalam hal menyikapi pelajaran di kelas. Ada yang menganggap serius,
sehingga ia mencoba untuk tetap tekun belajar. Ada yang merasa itu semua tidak
perlu dibawa serius, dia bersantai ria, sehingga ia tak jarang menemui
kesulitan menangkap materi pelajaran.
Dari perbedaan daya pikir, tangkap atu respon setiap
murid ini sebenarnya yang bisa menjadi acuan guru, bahwa dalam melaksanakan
pengajaran, guru berusaha lebih memerhatikan mana-mana murid yang terlihat acuh
ketika dijelaskan suatu materi. Agar tidak timbul keterhambatan murid menangkap
materi pelajaran.
Setiap guru itu berbeda-beda pembawaannya dalam
mengajar. Mungkin juga itu dikarenakan faktor sifat dan watak yang menjalar
dalam tubuh. Sehingga murid mempunyai berbagai argumen tentang penilaian mereka
terhadap guru dari sisi luar.
Narasumber juga memaparkan bahwa guru-guru jika di
dalam kelas memilikki berbagai macam metode atau siasat pengajarannya yang
berbeda juga. Murid pernah menemui dan berhadapan dengan guru yang tegas dan
pembawaannya yang terkesan menakut-nakutinya. Maksudnya, murid merasakan ada
genjatan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, karena mereka juga tengah
menghadapi ancaman hukuman yang jika mereka tidak kerjakan akan menimpanya.
Itulah yang terkadang murid me-mindset diri untuk berperilaku benar-benar tunduk
terhadap guru. Sehingga terkadang gejolak mereka untuk belajar, mengerjakan
tugas dan lain-lain bukan benar-benar atas kemauan, melainkan atas desakan dan
bayang-bayangan mereka jika hukuman melayang dihadapannya.
Selain itu, murid merasa lebih nyaman dan menaruh
respek terhadap guru, jika guru juga memperlakukan murid secara lembut,
menunjukkan rasa kasih guru sepanjang masa, begitupun sebaliknya. Murid merasa
lebih terlindungi jika guru juga selalu mencoba melindunginya. Misal,
mengontrol terus murid apa-apa yang sekiranya perlu dipantau. Entah dalam hal
pelaksanaan tugas dan latihan, memerhatikan betul ketika menjelaskan materi
apakah masih perlu diulang, diulas dan dibahas kembali terhadap murid.
Langganan:
Postingan (Atom)